Kamis, 27 Oktober 2011

Tewasnya Simoncelli Adalah Kehilangan Besar Dunia Olahraga


Sosok Marco Simoncelli yang menyenangkan dan ramah di kehidupan normal sepertinya memang benar adanya. Tak hanya dunia balap MotoGP, kematian pembalap asal Italia ini merupakan kehilangan besar dunia olahraga.

“Saya tidak tahu harus berkata apa. Marco adalah pribadi yang menyenangkan dan pembalap yang bertalenta. Kadang-kadang saya sedikit keras kepadanya, tapi semata-mata itu untuk perkembangannya sebagai seorang rider handal. Saya sempat berpikir jika ia berhasil finis di urutan pertama kami akan merayakannya bersama. Kini, saya hanya ingin ucapkan terima kasih Marco, atas apa yang telah kau berikan selama ini,” begitulah Vice President HRC, Shuhei Nakamoto, menggambarkan betapa kehilangannya ia akan sosok Marco Simoncelli.

Pernyataan belasungkawa atas kematian rider yang kerap disapa “Supersic” ini seolah terus mengalir tak mau berhenti dari semua kalangan. Setelah rekan-rekannya di MotoGP, kini bagian dunia sepakbola yang turut merasakan kesedihan atas kejadian tragis yang menimpa pembalap berambut kribo tersebut.

Sebagaimana yang kita tahu, menyusul tragedi tewasnya Simoncelli, beberapa pertandingan di Liga Italia melakukan penghormatan dengan “one minute silent” sebelum memulai kick off babak pertama. Tak hanya itu, beberapa tokoh sepakbola seperti Javier Zanetti dan Claudio Ranieri pun turut berduka cita atas kematian Simoncelli.

“Itu adalah tragedi yang nyata. Tak ada kata lain untuk menggambarkan apa yang terjadi. Marco adalah seorang juara dan dia akan terus jadi salah satu yang di atas,” ujar Javier Zanetti, wing back klub Inter Milan, dikutip pada laman Football Italia beberapa waktu lalu.

“Saya pernah bertemu dengannya sekitar 15-16 bulan yang lalu dalam sebuah pertandingan amal. Ia duduk di samping saya, terus menerus berbicara, dan dia punya pesona yang luar biasa. Hari ini, saya merasa ngeri. Ia selalu memiliki senyum di wajahnya, selalu siap dengan lelucon, sebagaimana orang-orang Romagna,” ujar Claudio Ranieri, pelatih klub Inter Milan.

Tak hanya itu, perhatian besar atas tewasnya Marco Simoncelli juga ditunjukkan oleh beberapa media massa olahraga di Italia. La Gazzetta dello Sport memajang foto pembalap muda tersebut dengan tulisan “Sic 1987-2011” pada halaman depannya. Coriere dello Sport, koran olahraga Italia lainnya, juga memajang foto Simoncelli dengan tulisan “Ciao Great Marco”. Sementara itu, Tuttosport menulis di halaman depannya dengan kalimat “Sic love does not die.”

Rasanya penghormatan-penghormatan tersebut cukup menggambarkan bagaimana dunia olahraga kehilangan sosok Simoncelli yang selalu ramah dengan senyuman di wajahnya.Info Selengkapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar